Post Thumbnail

Kajian Spesial Adab dan Ahlak adalah yang nomor satu Bersama Ustadz Abduh Tuasikal

Pesantren Al Wafi menyelenggarakan kajian untuk santri-santri dan civitas pesantren bersama  Ustadz M. Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc. dengan tema Adab dan Ahlak adalah yang nomor satu di Kampus A, Bogor (20/01/2024 )

Adab dulu baru ilmu! Para  ulama salaf sangat memperhatikan  pada masalah adab dan akhlak, sehingga mereka  mengarahkan murid-muridnya mempelajari adab sebelum menggeluti suatu bidang ilmu. Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Penyerahan kenang kenangan oleh ketua Yayasan Ustadz Dr. Marullah Marzuq, M.Ag., LL. M. setelah selesai kajian di Kampus A.

Pesantren alwafi Islamic Boarding School (IBS), merupakan pesantren sunnah yang memiliki Kampus A yang beralamat di Jl. Arco Bogor dan Kampus B yang beralamat di Jl. Pengasinan Kota Depok. Pada tanggal 20 Januari 2024 menyelenggarakan kajian Adab dan Ahlak Bersama Ustadz M. Abduh Tuasikal, S.T. M.Sc. bertempat di Kampus A. Beliau merupakan alumni dari King Saud University, Riyadh, KSA (2010-2013). Kajian ini merupakan bagian dari proses pembelajaran khususnya bagi santri dan santriwati pesantren Al Wafi IBS. Hadir pada acara ini Ketua Yayasan Al Sudais Dr. Marullah Marzuq, M.Ag., LL.M. didampingi sekretaris Yayasan Ustadz Zainal Abidin, Lc. sekaligus membuka acara kajian dan dihadiri Assatidzah lainnya serta perwakilan parrent support. Pada kesempatan ini Ustadz M. Abduh Tuasikal, S.T, M. Sc. menyampaikan beberapa nasihat dihadapan jamaah yang hadir.

Ustadz M. Abduh Tuasikal, S.T, M. Sc. mengawali penyampaian tausiyahnya dengan memuji dan bersyukur kepada Allah SWT serta bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian menyampaikan kegembiraanya bisa bersilaturahmi untuk yang pertama kali ke Pesantren Al Wafi Al Islamy Kampus A Bogor.

Antusias santri mengikuti kajian Adab dan Ahlak bersama Ustadz M. Abduh Tuasikal, M.Sc. 

Al Ustadz diawal-awal tausiyahnya menyampaikan pengalaman pendidikannya yang belum pernah mengenyam pendidikan dibangku pesantren atau tidak memiliki latar belakang pendidikan agama seperti ratusan santriwati dan para asatidz yg hadir pada acara tersebut. Meskipun demikian, beliau mengatakan sekaligus memotivasi semua yang hadir pada saat itu agar terus semangat mempelajari ilmu agama, sehingga dengan kegigihannya beliau pun memiliki banyak karya tulis dalam bentuk buku bacaan dan sebagian lagi dimuat dalam beberapa website diantaranya yang beliau asuh yaitu Rumaysho.Com Yang banyak dijadikan rujukan bagi pembaca yang ingin menambah literasi pengetahuan agamanya. "Saya bukan dari pesantren tapi Alhamdulillah memiliki dan mengasuh pondok pesantren" ujarnya yang disambut tawa oleh yang hadir dengan penuh takjub.

akhlak dapat diartikan sebagai tabiat dan watak alami manusia (Al-Khuluq huwa at-thab’u wa as-sajiyah). Wujudnya memang tak terlihat oleh mata, namun ia memiliki peran yang besar. Akhlak inilah yang berfungsi menggerakkan fisik manusia menjadi sebuah sikap nyata dan tutur kata.

Jika yang menggerakkan fisik adalah moralitas tercela (akhlak sayyi'ah), tentu tercela pula sikap dan tutur kata yang lahir darinya. Namun, jika fisik ini digerakkan oleh moralitas terpuji (akhlak karimah), maka yang muncul adalah gerak fisik atau aktivitas yang terpuji.

Adapun pengertian Adab

Ketika akhlak dimaknai sebagai watak dasar manusia, maka adab adalah ekspresi yang lahir dari watak tersebut. Ia hanyalah perangkat lahiriah semata, tidak lebih.

Dari keterangan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa akhlak berkaitan erat dengan jiwa atau apa Yang ada pada diri manusia. Sedangkan adab berkaitan dengan aktivitas fisik. Selain itu, akhlak memiliki karakter yang tak lekang waktu. Ia tak akan mengalami perubahan hingga kapan pun. Sementara adab dapat berubah kapan saja. Maka, hari ini mungkin saja standarisasi adab baik itu seperti ini, dan esok hari bisa jadi berubah tidak seperti demikian.

 Kemudian, akhlak juga tidak terpengaruhi oleh tempat. Jauh berbeda dengan adab yang memungkinkan terkontaminasi oleh pengaruh luar yang menjadikannya berbeda dengan standar adab diwaktu dan tempat sebelumnya.

Al Ustadz menyampaikan bahwa kita harus memperhatikan akhlak dan adab ini sebagaimana para ulama yang menjadi panutan kita pun memberikan perhatian lebih pada perkara ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Mubarak dalam buku Adab Al 'Alim wa Al Muta'allim karya Syekh Hasyim Asy'ariy :

نحن إلى قليل من الأدب أحوج منا إلى كثير من العلم

"Kita lebih membutuhkan kepada adab (yang baik, meski) sedikit, dibandingkan ilmu yang banyak”

Lalu, Al Ustadz menyampaikan beberapa nasihat sebagaimana yang sudah beliau tulis dalam bukunya adab mencari ilmu agar lebih berkah. Buku tersebut adalah kumpulan beberapa hikmah dari kitab Ta’limul Muta’allim karya Syeikh Burhanuddin Az Zarnuji Al Hanafi, diantara nasihat-nasihatnya adalah:

Dan seyogyanya para pelajar dalam mencari berilmu untuk berniat mendapatkan ridho Allah SWT, di dunia dan akhirat (ikhlas). Menghilangkan kebodohan yang ada pada dirinya dan pada orang-orang bodoh yang lain, menghidupkan agama, serta melanggengkan islam, karena kelanggengan islam itu dengan ilmu. Tidak sah berbuat zuhud dan bertaqwa sementara ia dalam kebodohan.

Al Ustadz menambahkan, bahwa diantara adab menuntut ilmu hendaklah memperhatikan  skala prioritas, dengan mendahulukan ilmu yang paling penting, kemudian yang setelahnya dan setelahnya.

Dan ilmu yang paling penting adalah ilmu yang berkaitan dengan ibadah seseorang kepada Allah, juga ilmu yang paling penting adalah ilmu yang berkaitan dengan ‘ubudiyyah seseorang kepada Allah ‘azza wa jalla seperti ilmu Aqidah, tata cara wudhu, tata cara shalat, dsb.

Al Ustadz menyampaikan nasihat selanjutnya yaitu memilih teman yang baik.

Adapun dalam memilih teman, maka sepantasnya untuk memilih teman yang bersungguh-sungguh dalam belajar, wara' (hati-hati dari barang yang haram), teman yang memiliki tabiat yang lurus dan berusaha mengerti dari apa yang sedang dipelajari.

Sebaliknya, hendaklah menjauh dari temen yang memiliki sifat malas, pengangguran, banyak berbicara yang tidak bermanfaat, banyak membuat kekacauan dan suka memfitnah.

Nasihat terkahir yang Al Ustadz sampaikan pada kesempatan ini adalah memuliakan ilmu dari guru dan buku.

Berkaitan dengan ini, Al Ustadz menyampaikan kutipan nasihat dari Syekh Al Zarnuzi yaitu:

Ketahuilah, bahwasanya penuntut ilmu tidak akan mendapatkan ilmu dan tidak bisa memanfaatkannya kecuali dengan mengagungkan ilmu dan pemiliknya, memuliakan guru dan menghormatinya.

Diantara cara menghormati guru adalah jangan berjalan di depan guru, jangan duduk di tempat duduknya guru, jangan lancang memulai pembicaraan di dekat guru kecuali dengan izinnya, jangan banyak bicara di depan guru, jangan menanyakan sesuatu ketika guru sedang lelah (yang dapat menimbulkan rasa bosan kepada guru), hendaklah menjaga waktu, dan jangan mengetuk pintu (rumah guru) tetapi hendaklah bersabar sampai beliau keluar.

Barang siapa yang menyakiti hati gurunya maka dia tidak akan mendapatkan keberkahan ilmunya, dan tidak bermanfaat ilmunya kecuali sangat sedikit.

Lalu, diantara cara menghormati ilmu adalah menghormati kitab, seyogyanya bagi penuntut ilmu, jangan sampai mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci, jangan sampai membentangkan kaki ke arah kitab, dan hendaknya menaruh kitab-kitab tafsir diatas kitab-kitab yang lain dalam rangka mengagungkannya. Dan jangan sampai menaruh di atas kitab sesuatu yang lain. (Team redaksi/Ustadz Fauzi )


M. Abduh Tuasikal, M.Sc.

Pengasuh Rumaysho.Com dan RemajaIslam.Com., Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta (2003-2005),  S1 Teknik Kimia UGM (2002-2007), S2 Chemical Engineering (Spesialis Polymer Engineering), King Saud University, Riyadh, KSA (2010-2013)., Murid Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi dan ulama lainnya. Sekarang pemilik dan pengasuh Pesantren Darush Sholihin di Panggang, Gunungkidul.